ISLAM DAN SAINS
Revisi Makalah
Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Konsenterasi Pendidika Kepengawasan PAI
Semester III T.A. 2013/2014
Oleh
SURYANAGARA
Nim: 80100212145
DosenPemandu
Prof. Dr. H. Samiang Katu, M.Si.
Dr. Abdullah, M.Ag.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
A. Latar Belakang Masalah
Peranan manusia sangat penting dalam membentuk peradabannya, para ahli
sejarah memberikan tolak ukur perkembangan ummat manusia dari segi berkembangan
peradaban yang dimilikinya, pada abad mutakhir, hal yang paling membuktikan
berkembangnya peradaban manusia dapat dinilai dari laju perkembangan sains, peranan sains
inilah yang berperan penting dalam membentuk peradabangan perkembangan ummat
manusia. Oleh karena para filosof membagi dua masa ini dalam menilai perkembangan
manusia, yaitu, masa ke-emasan(kemajuan sains dan agama) dan masa kemunduran.
Seiring lajunya waktu, sains terus berkembang dan berperan penting bagi
manusia sebagai alat yang di pergunakan manusia dalam mengarungi kehidupan
mereka. Dalam artian, sains adalah alat yang menumbuh kembangkan kehidupan
manusia.
Peranan agama tak kalah pentingnya,jikasainsberperandalambentukjasmani,
maka agama berperandalammembentukrohaniah, sebab kehidupan manusia dengan
agama, tidak bisa terlepas pula dalam pembentukan peradaban yang baik, bagi ummat
manusia, sejarah telah membuktikan hal itu, laju perkembangan peradaban manusia
tidak terlepas dari peranan agama, bukti akan hal ini adanya peradaban mesir
kuno,yunanikuno,
dansebagainya, membuktikan bahwa peranan agama berperan penting dalam pembentukan
perkembangan kehidupan manusia.[1]
Namun yang menjadi polemik adalah apakah sains mampu menjawab seluruh tantangan
kehidupan manusia tanpa peranan agama?, ataukah sebaliknya?, apakah sains mampu
berdiri sendiri sebagai alat untuk membentuk peradaban kehidupan manusia tanpa
bantuan agama?,ataukah sebaliknya?, apakah sains mampu membuktikan kebenaran
tanpa petunjuk dari agama?ataukah sebaliknya?.
B. Rumusan Masalah
Setelah melirik latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin
mencoba untuk merumuskan masalah antara sains dan agama sebagai alat yang
paling bereperan penting dalam membentuk peradaban kehidupan manusia menurut
tolak ukur filsafat ilmu.
1.
Bagaimana definisi sains dan agama menurut pandangan filsafat
ilmu?
2.
Bagaimana relevansisains dan agama
dalam menilai adanya Tuhan?
3.
Bagaiman peranan sains dan agama
dalam membantuk peradaban kehidupan masyarakatIslam?
II. PEMBAHASAN
A. Sains Dan Agama Menurut Pandangan Filsafat Ilmu
1. Pengertian Sains
Sains(Ilmu Pengetahuan) dalam
bahasa Inggris dan Prancis di sebut
“Science”, sedangkan dalam bahasa Jerman disebut “Wissenschaft”,
dan dalam bahasa Belanda di sebut “Wetenschap”.[2]
Science berasal dari kata “scio”,
“Scire” (bahasa latin) yang berarti tahu, begitupula ilmu berasal dari kata ‘alima”
(bahasa arab) yang juga berarti tahu. Jadi baik ilmu atau Science secara etimologis
berarti pengetahuan. Namun secara terminologis, ilmu dan science itu
semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat
yang khas.[3]
Adapun menurut pandangan para ilmuan terkemuka tentang pengertian sains ini,
dapat kami paparkan sebagai berikut :
a. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag :
(Ilmu ialah yang empiris, yang
rasional, yang umum dan bertimbun bersusun; dan keempat-empatnya serentak)
b. Karl Pearson (1857-1936), pengarang karya terkenal Grammar
of Science :
“Science is the
complete and consistent description of the fact of experience in the simplest
possible terms”[5]
(Ilmu
pengetahuan ialah lukisan atauketerangan yang lengkap dan konsistententang
fakta pengalaman dengan istilah yang sesederhana/ sesedikit mungkin)
c. Prof. Dr. A. Baiquni (guru besar pada Universitas Gajah Mada) :
“Science merupakan
generasi consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist”[6]
Dari penjelasan
diatas kita dapat merumuskan bahwa ilmu pengetahuan (science) adalah
semacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu :
sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif (bersusun timbun). jadi ilmu
pengetahuan itu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsistent
mengenai hal-hal yang di studinya dalam ruang dan waktus sejauh jangkauan
pemikiran dan penginderaan manusia. Atau bisa pula dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah usaha pemahaman manusia yang di susun dalam satusistema
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagiandan hukum-hukum tentang
hal ihwal yang di selidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau
daya pemikiran yang dibantu oleh penginderaan manusia, yang kebenarannya di uji
secara empiris, riset dan eksperimental.
2. Pengertian Agama
Agama(Indonesia), Religion(Inggris), Religie(Belanda) dan Ad-Din(Arab)[7].
Menurut pandangan etimologi : dalam kamus Al-Munjid dapat kita
temukan keterangan tentang arti Ad-Din sebagai berikut : Ad-Din bentuk
mufrad dari kata Adyan yang berarti Al-Jaza’ wa Al-Mukafaah, Al-Qadha,
Al-Malik wa AL-Muluk Al-Sulthan, Al-Thabir, Al-Hisab.[8], dalam bahasa
indonesia di terjemahkan menjadi, pahala, ketentuan, kekuasaan, pengelolaan,
perhitungan.
Adapun agama
menurut arti Terminologinya : sebenarnya tidak ada satu definisi tentang
agama yang dapat diterima secara umum. Para filosof, para sosiolog, para
psikolog, dan para teolog dan lain-lainnya telah merumuskan definis tentang Religion
menurut caranya masing-masing. Namun dapat penulis simpulkan Sebagaimana
para ilmuan tersebut beranggapan bahwa Reigion sebagai “penerimaan atas
tata aturan dari pada kekuata-kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia itu
sendiri”[9]
Ad-Din : menurut Al-Jurjani,
beliaun menerangkan persamaan dan perbedaan antara Ad-Din pada satu
pihak, dengan Al-Millah dan Al-Madzhab pada lain pihak, menurut
beliau ketiga-tiganya bersamaan dalam materinya dan perbedaan terletak pada
kesannya, Ad-Din dinisbahkan pada Allah, Al-Millah di nisbahkan
kepada Nabi tertentu dan Al-Madzhab dinisbahkan kepada mujtahid
tertentu.[10]
Melihat
persfektif para ilmuan akan pemahaman mereka tentang agama/religion,
penulis hanya mampu mengatakan bahwa defini agama/religion ini tidak ditemukan secara umum atau global
yang mampu merangkum pandangan para ilmuan karena mereka memberi definisi
sesuai cara mereka masing-masing. Bahkan didalam Al-Qur’an sendiri kata Ad-Din
tidak terbatas penggunaannya hanya kepada Islam saja tapi semua agama dalam
Al-Qur’an digunakan dalam bahasa Ad-Din.[11]
Namun walaupun hal
ini terjadi seperti demikian penulis hanya ingin memberikan klasifikasi agama,
agar tidak membuat kita menjadi plin-plan dalam memahami agama itu sendiri,
adapun klasifikasi agama :
a. Revealed and non Revealed Religions
Revealed
Religions (agama wahyu) ialah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, Rasul dan
Kitab-kitabnya serta pesannya untuk di sebrkan kepada seluruh ummat manusia.
Yang termasuk dalam hal ini menurut Al-Qur’an adalah Yudaisme, Kristen dan
Islam.
Non Revealed
Religions (agama tanpa wahyu) ialah agama yang tidak memandang esensial
penyerahan manusia kepada tata aturan Ilahi. Adapun yang termasuk dalam bagian
ini adalah selain yang termasuk dalam golongan Revealed Religions.[12]
b. Agama Missionary dan Agama non Missionary.
Yang termasuk
agama Missionary menurut T.W. Arnold adalah Buddhisme, Kristen dan
Islam. Sedangkan yang termasuk Non Missionary adalah Yudaisme,
Brahmanisme dan Zoroasterianisme.[13]
c. Klasifikasi Rasial Geografikal
Dari tinjauan
ini agama-agama di dunia di bagi menjadi, : Semitik(yahudi,nasrani dan
islam), Arya(hudaisme, jainisme, sikhisme dan zoroasterianisme)dan Monggolian(confusianisme,
taoisme dan shintoisme).[14]
d. Agama Samawi dan Agama bukan Samawi
Yang dimaksud
disini dengan agama samawi adalah (agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed
religion dan din-samawi). Adapun agama yang bukan samawi adalah
agama budaya (agama bumi, agama filsafat,agama ra’yu, non reveaed religion,
natural religion, Din At-Thabi’I, dan Din-Al-Ardhi).[15]
Dari uraian-uraian diatas maka
penulis dapat simpulkan sebagai berikut:
1) Agama adalah satu system tata keimanan atau tata keyakinan, atas adanya
sesuatu yang mutlak diluar manusia.
2) Agama juga adalah satu system peribadatan manusia kepada yang
dianggapnya mutlak.
3) Agama juga adalah satu system norma, kaedah/ aturan-aturan. Yang
mengatur hubungan antara manusia sesama manusia, manusia dengan alam lainnya dan manusia
dengan yang mutlak(Tuhan).
4) Agama yang dimaksud penulis dalam makalah inia dalah Agama Islam, yakni
agama yang diturunkan kepada semua nabi dan rasul yang dimulai dari nabi Adam
as hingga nabi Muhammad saw.
B. Peranan Sains dan Agama dalam Menilai Adanya Tuhan
dan Pembuktiannya
Untuk mengkaji
dan membuktikan akan adanya Tuhan menurut Sains dan Agama maka penulis ingin
membandingkan antara konsep sains dan konsep agama dalam masalah adanya Tuhan
dan pembuktiannya.
Berbicara
masalah adanya Tuhan, maka beberapa hal yg perlu kita kaji, baik dari segi
pandangan sains maupun agama, begitupun keduanya :
1. Asal Mula Alam Semesta
Sains memandang bahwa peristiwa
asal mula munculnya alam semesta ini ada dua pendapat diantara kalangan para
ilmuan geologi, antara lain :
a. Teori Evolusi (kebetulan)
13abad yang lau, Charles
Darwin(1809-1882) seorang ilmuan alam berkebangsaanInggris, mengajukan
sebuah teori yang berdasarkan pada berbagai pengamatan yang ia lakukan selama
perjalanan hidupnya, yang di kenal dengan teori evolusi atau teori yang
bersandarkan pada penelitian Darwin bahwa alam ini terbentuk dari sebuah
kejadian secara kebetulan. Pada intinya teori evolusi Darwin terdiri atas
beragam scenario, asumsi dan penyimpulan yang ditemukan olehnya dalam
angan-angannya. Menurut teori evolusinya bahwasanya alamini terbentuk dari
zat-zat mati yang bersatu secara kebetulan untuk membangkitkan sel yang
pertama. Dalam artian alamini hanya terbentuk dari sel mati yang kamudian
menyatu hingga terbentuklah sel hidup secara kebetulan(tanpa pengaturan yang
berencana).[16]
b. Teori Big-Bang
Pada tahun 1929, ahliastronot ternama Amerika, Edwin Hubble yang bekerja di observatorium Mount Wilson
California, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi, yang di
sebut teori “Big-Bang”(lekadan besar). Teori ini membahas tentang kejadian alam
yang dimulai dengan kejadian Big-Bang (ledakan besar) yang membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari
suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan
modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal
dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam
semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai
materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah
ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi,
energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern. Para
ilmuan modern dalam membuktikan teori ini, mereka mengadakan peluncuran satelit
ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap
sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya
peristiwa Big- Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.[17]
c.
TeoriAgama (Al-Qur’an)
Dalam hal ini Al-Qur’an hampir sejalan dengan teori
Big-Bang, dalam hal ini Al-Qur’an juga mengakui bahwa adanya alam semesta ini
yang dulunya tiada kemudian diadakan oleh sang Pencipta Allah swt. Penemuan
sains tersebut baru pada abad ke 20, sedangkan 15 abad yang silam Al-Qu’an
sudah menyatakan hal ini, ini adalah salah satu bukti kemukjiatan Al-Qur’an,
karena pada masa kelahiran Al-Qur’an mustahil dapat mengetahui kehebatan yang
sangat luar biasa itu terjadi. Allah swt. Berfirman dalam QS Al-Anbiya’ ayat 30
:
óOs9urr&tttûïÏ%©!$#(#ÿrãxÿx.¨br&ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#ur$tFtR%2$Z)ø?u$yJßg»oYø)tFxÿsù($oYù=yèy_urz`ÏBÏä!$yJø9$#¨@ä.>äóÓx«@cÓyr(xsùr&tbqãZÏB÷sãÇÌÉÈ
Terjemahannya :
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman”[18]
Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an (QS Al-An’am; 101, Al-Baqarah;
164, Al-Jaatsiyah; 36-37, Qaf; 6-8, dan seterusnya) yang menjelaskan tentang
asal mula kejadian alam yang sesuai dengan penemuan para ilmuan sains pada abad
mutakhir ini.
Namun permasalahan yang timbul sekarang
adalah apakah hasil dari sebuah ledakan
besar dapat beraturan tanpa ada sang pengatur di balik semua ini?. Seumpama
sebuah bom yang di ledakan di dalam sabuah gedung, maka apakah hasil ledakan
bom yang menghacurkan gedung tersebut mampu hancur lebur secara
beraturan?. Jawabannya, hal itu sangat mustahil jika tanpa ada campur tangan
pengatur di balik semua ini. Argument inilah yang mematahkan teori big bang
yang telah di gagas oleh ilmuan barat tersebut.[19]
Telah penulis paparkan 3 teori yang
telah mengkaji tentang asal mula penciptaan alam melalui kajian ilmiah, dua
teori diantaranya adalah teori para ilmuan sains pada masa modern. Sedang satu
teori diantaranya adalah teori Al-Qur’an(agama). Teori yang pertama telah di
patahkan oleh penemuan teori yang kedua pada abad ke 20. Sedangkan teori yang
kedua di koreksi oleh teori yang ketiga. Sedangkan teori yang ketiga muncul
jauh berabad-abad sebelum teori yang ke dua lahir. Ini membuktikan bahwa
Al-Qur’an sejak turunnya telah mengungkap penemuan-penemuan oleh para ilmuan
pada abad keemasan. Ini membuktikan bahwa adanya Tuhan(Allah) sebagai pencipta
sekaligus pengatur alam semesta.
2.
Penciptaan Manusia
Dalam pembahasan
ini penulis juga akan memberikan bandingan antara teori-teori yang di temukan
oleh para ilmuan sains khususnya pada abad keemasan ini dengan teori
Al-Qur’an(agama) dalam mengungkap kebenaran tentang adanya sang Pencipta dalam
hal ini, Allah swt.
a.
Teori Evolusi
Charles Robert Darwin (1809-1882), adalah penggagasteori ini, beliau adalah penganut faham
marxisme (matrealisme), teori evolusi menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup
beralihrupa ke spesies-spesies berbeda lewat cara mutasi dan seleksi
alam, teori ini menyatakan bahwa manusia adalah bentuk peralihan dari spesies
kera, yang kemudian beralihrupa menjadi manusia, dalam artian manusia berasal dari
sepsies kera, teori ini dinyatakan oleh Darwin melalui penemuan-penemuan fosil
yang menjadi tolak ukur atas bukti teorinya. Ini menandakan bahwa teori ini
menganut faham bahwa alam ini terjadi secara kebetulan dan sama sekali tidak
meyakini adanya sang Pencipta yaitu, Allah swt.[20]
b.
Teori Al-Qur’an (Agama)
Teori al-Qur’an
(agama) ini, memandang bahwa manusia memiliki permulaan dan keberadaan manusia
sama sekali bukan dari unsur kebetulan akan tetapi dari unsur perencenaan yang
matang, manusia yang wujudnya dari tidak ada menjadi ada, manusia memiliki
permulaan dan juga memiliki akhir. 1430tahunyang silam Al-Qur’an telah
mengungkap teori proses penciptaan manusia, mulai dari awal hinggal manusia itu
kembali kehadapan Allah, manusia yang diciptakan dari sari pati tanah, yang
kemudian menjadi sperma, dari sperma inilah, yang kemudian tersalur kedalam
opum hingga terjadilah proses pembentukan sel-sel tubuh manusia, dari segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian terbentuk menjadi tulang
belulang, hingga manusia itu di tiupkan roh atas izin Allah swt.[21]
Hal ini telah diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an, QS Al-Mu’minun: 12-14
:ôs)s9ur
$oYø)n=yz
z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB
&ûüÏÛ
ÇÊËÈ §NèO
çm»oYù=yèy_
ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO
$uZø)n=yz
spxÿôÜZ9$#
Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$#
ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$#
$VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO
çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$#
ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$#
ÇÊÍÈ
Terjemahannya :
”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. {12} kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
{13} kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.”[22]
Di ayat lain
jugatelahdijelsakan Allah tentangasalkejadianmanusia “maka hendaklah manusia memperhatikan
dari apakah dia diciptakan, dia diciptaka n dari air yang memancar, yang
keluardaritulangsulbilaki-lakidantulang dada perempuan (QS. At-Tariq 5-7)”
Proses penciptaan
manusia yang telah di jelaskan oleh Al-Qur’an tadi, telah di benarkan oleh para
ilmuan sains pada masa keemasan ini. Jadi sungguh tidak masuk akal apabila
pernyataan bahwa
Al-Qur’an adalah buatan Nabi Muhammad saw. Karena hasil-hasil penelitian yang
ada didalam Al-Qur’an sangat ilmiah dan terbukti kebenarannya, yang pada masa
turunnya Al-Qur’an belum ada alat canggih apapun yang mampu meneliti hal
tersebut.
c.
Bantahan Terhadap Teori Evolusi
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan pada zaman keemasan ini, dan meningkatnya
berbagai macam penemuan ilmiah yang di hasilkan oleh observasi-observasi
ilmiah, maka dengan sendirinya teori evolosi ini daapat runtuh dan punah.
Dalam
bidang sains sangat penting untuk memberikan “bukti”. Jika kamu membuat suatu
pernyataan, dan jika kamu ingin orang lain mempercayainya, maka kamu harus menunjukkan
bukti. Contohnya, kamu memperkenalkan dirimu kepada seseorang dan berkata,
“Namaku Maryam.” Orang itu berkata, “Aku tidak percaya kalau namamu Maryam”.
Kalau terjadi seperti ini kamu harus mempunyai bukti bahwa namamu benar-benar
Maryam. Apa yang menjadi bukti bagimu? Kartu pelajarmu bisa menjadi bukti, atau
akte kelahiranmu, paspormu, atau lain-lainnya. Jika kamu menunjukkan salah satu
di antaranya kepada orang itu, dia tidak akan dapat menolak.
Sekarang
mari kita ambil contoh yang ilmiah. Ada seorang ilmuwan bernama Newton yang
hidup beberapa abad yang lalu dan menyatakan bahwa ada sesuatu yang disebut
gravitasi di bumi. Dia memberi tahu siapa saja yang bertanya bagaimana dia
mengetahui hal ini. Dia menjawab, “Ketika sebuah apel jatuh dari pohon, dia
jatuh ke tanah. Apel itu tidak melayang di udara”. Artinya terdapat suatu
kekuatan yang menarik apel ke tanah, dan dia menyebutnya “gravitasi”.
Jadi,
para evolusionis harus menunjukkan bukti untuk membuat teorinya dapat
dipercaya. Misalnya, teori evolusi menyatakan bahwa nenek moyang manusia adalah
kera. Maka kita harus bertanya kepada mereka: Dari mana kamu mendapatkan
gagasan ini dan apa buktinya?
Jika
nenek moyang manusia adalah kera, kita seharusnya menemukan fosil-fosil dari
makhluk separo manusia dan separo kera sebagai bukti. Namun, fosil seperti ini
tidak pernah ditemukan sampai hari ini. Kita hanya menemukan fosil manusia dan
fosil kera. Artinya, para evolusionis
tidak mempunyai bukti apa-apa bahwa kera adalah nenek moyang manusia.
Para evolusionis mencoba mengecoh manusia dengan tipuan mereka. Bagaimana
caranya?
Berbagai
Tipuan Para Evolusionis: Para evolusionis menunjukkan fosil-fosil dari spesies
kera yang telah punah seakan-akan berasal dari makhluk separo manusia dan
separo kera.[23]
Setelah
kami memaparkan 2 teori inti yang menanggapi tentang proses penciptaan manusia
baik dari segi sains maupun dari segi agama, maka jelaslah bahwa penemuan yang
dilakukan oleh para ilmuan sains abad 20 ini, sejalan dengan apa yang telah
dipaparkan oleh Al-Qur’an 14 abad yang silam, hal ini membuktikan bahwa
terjadinya alam semesta ini dan terciptanya manusia dari ketiadaan menjadi ada
adalah bukti bahwa ada yang berperan penting dan campur tangan di balik semua
ini, dan tentunya mustahil hal ini terjadi secara kebetulan, akan tetapi
sebaliknya, Allah lah yang menjadi aktor di balik semua ini.
C. Peranan Sains Dan Agama Dalam
Membantuk Peradaban Kehidupan Masyarakat
Islam
Dalam pembahaan ini penulis hanya ini menambahkan penjelasan yang tela
kami jelaskan pada pembahasan yang lalu, karena pembahasan yang telah kami
paparkan diatas, adalah bagian dari penjelasan pada pembahasan ini.Melihat
pembahasan lalu penulis telah membahas masalah peranan sains dan agama dalam
membuktikan adanya tuhan dan penciptaan manusia, dan pembuktian tersebut sangat
berkaitan dengan pembuktian sains dan agama tentang pembentukan peradaban
kehidupan manusia.
Pada pembahasan yang lalu penulis juga telah menjelaskan bahwa penemuan
mutakhir yang di lakukan oleh para ilmuan sains sangat memiliki korelasi yang
amat erat dengan agama dalam membuktikan fenomena munculnya alam semesta yang
sangat terkait dengan bukti akan adanya Tuhan.
Dalam
dunia Islam, dikenal ada dua masa pembentukan peradaban manusia, yaitu; masa
kemajuan dan masa kemunduran. Sejarah telah mengukir dengan jelas bahwa masa
kemajuan/keemasan ummat manusia dicapai ketika masa itu terjadi perkembangan
sains dan agama dan masa kemunduran terjadi ketika sains dan agama pada masa
itu mengalami kemunduran.[24]
Pertanyaan
yang timbul sekarang adalah,adakah
sains dan keimanan(agama) bertolak belakang dalam membentuk peradaban manusia?,
ataukah sains di sisi lain dan keimanan(agama) disisi lain?, ataukah sains saja
atau agama saja yang berperan dalam pembentukan peradaban manusia?
Jawabannya
adalah keduanya tidak dapat di pisahkan sebagai fungsional dalam membentuk
peradaban manusia menuju kemajuan, sebab,
a. Sains memberi kita kekuatan dan pencerahan, sedang keimanan
memberi kita cinta, harapan dan kehangatan.
b. Sains menciptakan teknologi, dan keimanan menciptakan tujuan.
c. Sains memberi kita momentum, dan keimanan adalah kehendak
baik.
d. Sains menunjukkan kepada kita apa yang ada disana, sementara
keimanan mengilhami kita tentang apa yang mesti kita kerjakan.
e. Sains adalah revolusi eksternal, dan keimanan adalah revolusi
internal.
f. Sains menjadikan dunia tampak ramah bagi kita, sedang
keimanan mengungkit ruh manusia.
g. Sains memperluas manusia secara horizontal, sedang keimanan
meningkatkannya secara vertikal.
h. Sains membentuk kembali alam, sedang keimanan mencetak
manusia.[25]
Dan
masih banyak lagi relasi antara sains dan keimanan dalam membentuk peradaban
manusia, tanpa korelasi keduanya maka, peradaban akan sangat sulit di capai
oleh ummat manusia.
Untuk
lebih meyakinkan kita tentang adanya korelasi antara sains dan agama, mari
sejenak kita melirik beberapa ayat Al-Qur’an yang berbicara masalah pentingnya
sains.
a.
Keutamaan ilmu: (QS
2, ayat:247), (2:269), (3:7), (4:162), (12:68), (17:107), (22:54), (27:15), (27:40), (27:52), (28:14), (28:80), (29:41), (29:43), (29:49), (29:64), (30:56), (34:6), (39:9), (55:4), (58:11), (96:4)
b.
Kedudukan orang alim: (2:247), (3:18), (4:83), (5:63), (6:105), (7:164), (17:107), (21:7), (22:54), (27:40), (27:52), (28:14), (28:80), (29:41), (29:43), (29:49), (29:64), (35:28), (39:9), (58:11)ش
c.
Menuntut ilmu dan mengamalkannya: (2:151), (3:137), (5:63), (7:175), (7:176), (9:122), (17:12), (18:66), (20:114), (62:5)
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sains(Science)atau ilmu pengetahuan adalah menurut pandangan para ilmuan melalui tolak ukur kacamata filsafat ilmu, dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang
hal ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau
daya pemikiran yang dibantu /////oppoleh penginderaan manusia, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset
dan eksperimental.
Sedang untuk memahami Agama (Religion) menurut tolak ukur pandangan filsafat ilmu ditinjau dari efistimologinya, diperlukan suatu rumusan yang
dapat mencakup segala aspek, intinya sains dan agama
adalah ibarat jasad dan ruh yang terbentuk pada diri manusia, manusia tanpa jasad maka tidak akan dapa tmerealisasikan kehidupannya di bumi ini, begitupun manusia tanpa ruh, maka akanmustahi bias hidup di bumi ini, sains dan agama
memiliki keterkaitan
yang sangat erat dan saling kokoh mengokohkan.
2.
14 abad yang silam, Al-Qur’an telah membuktikan kemukjizatannya, hal ini baru di sadari oleh para ilmuan terkemuka, setelah mengadakan eksperiment-ekperiment yang membuktikan adanya Tuhan melalui penelitian asalmuasal terciptanya alam raya ini dan penciptaan manusia. Al-Qur’an jauh sebelumnya telah menkaji teori-teori tersebut. Yang pada masa itu, belum ada teori-teori yang lain yang mampu mengungkap apa yang telah di ungkap oleh sains abad ini. Dan penulis yakin betu lbahwa
masih banyak teori-teori sains yang terselubung di dalam
Al-Qur’an yang sampai hari ini belum terungkap oleh perkembangan ilmu pengetahuan.
3.
Peranan sains dalam membentuk peradaban
kehidupan manusia khususnya masyarakat Islam sangatlah urgen. Namun sejarah telah
mengukir bahwa, ternyata peranan sains dalam mewujudkan hal tersebut bukanlah berdiri
sendiri. Akan
tetapi dalam peran lain yang menjadi penyokong dalam mensukseskan peran sains tersebut, dialah Al-Qur’an/ Keimanan/
Agama. Keduanya saling terkait dan saling membutuhkan dalam membentuk peradaban yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahnan.Maftuh, FilsafatManusia,
Cet.I, CV BintangPelajar;
Anshari.EndangSaifuddin, Ilmu,
Filsafatdan Agama, Cet.VII, Surabaya: PT Bina Ilmu;1987
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
danTerjemahannya, Bandung: PT SyaamilCipta Media; 2004
Hoselitz. Bert. F, A Reader’s Guide
to The Social, Terj.AchmadFedyani, PanduanDasarIlmu-IlmuSosial,
Cet.I, Jakarta: RajawaaliPers; 1988
Muthahhari.Murtadha, Perspektif
Al-Qur’an TentangManusiadan Agama, Terj.Anggota IKAPI, Cet.VI, Bandung: PT
MizanPustaka; 1992
Rahman.Afzalur, Qur’anic Science,
Terj.TaufikRahman, EnsiklipedianaIlmudalam Al-Qur’an, Cet.I, Bandung: PT
MizanPustaka; 2007
-------. RuntuhnyaTeoriEvolusi, Terj.Aryani, Cet.I, New Delhi: Idara Ishat E-Diniyat; 2003
Zainal.Danial, Al-Qur’an For Life
Excellence, Terj.MelviYendra, Tips-Tips Cemerlangdari Al-Qur’an, Cet.I,
Jakarta: PT MizanPublika; 2008
Zaini.Syahminan, MengenalManusiaLewat
Al-Qur’an, Surabaya: PT BinaIlmu; 1984
[1]Murtadha.Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an TentangManusiadan
Agama, Terj.Anggota IKAPI, (Bandung: PT MizanPustaka; 1992) h.71-76
[2]EndangSaifuddinAnshari,
Ilmu, Filsafatdan Agama, Cet.VII, (Surabaya: PT Bina Ilmu;1987), h.47
[4]Ralp
Ross and Ernest Van Den Haag, The fabric of society, (New York: 1957),
h.195
[5]George
Thomas White Patrick, Introduction to Philosophy, (London: 1958), h.20.
[6]Djuma’inBasalim,
OrientalisTerhadapSciene, (HarianAbadi, 17 maret 1969, 20 Maret 1969.
[7]EndangSaifuddinAnshari,
Ilmu, Filsafatdan Agama, Cet.VII, (Surabaya: PT Bina Ilmu;1987), h.199
[8]Louis
Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughah, (Beirut: Al-Matba’ah Al-Katsulikiyah ),
h.231
[9]EndangSaifuddinAnshari,
Ilmu, Filsafatdan Agama, Cet.VII, (Surabaya: PT Bina Ilmu;1987),
h.119-120
[10]
Al-Jurjani, At-Ta’rifat, ( ),
h.94-95
[11]EndangSaifuddinAnshari,
Ilmu, Filsafatdan Agama, Cet.VII, (Surabaya: PT Bina Ilmu;1987), h.121
[12]
Ibid, h.126
[13]
Ibid
[14]
Ibid
[15]
Ibid, h.128-129
[18]Departemen
Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (Bandung: PT SyaamilCipta Media;
2004), h.324.
[22]Departemen
Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (Bandung: PT SyaamilCipta Media;
2004), h.342
[24]Murtadha.Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an TentangManusiadan
Agama, Terj.Anggota IKAPI, (Bandung: PT MizanPustaka; 1992), h.73
[25]Ibid,
h.74-75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar